ANTARA - Hiburan |
Pemerintah akan bangun rumah budaya Indonesia Posted: 16 Dec 2011 05:40 AM PST Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah merencanakan untuk membangun Rumah Budaya Indonesia di luar negeri terutama di negara-negara strategis, kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti. "Kami akan hadir di negara-negara yang dipandang strategis dengan Rumah Budaya Indonesia, misalnya di Jepang dan Amerika Serikat," kata Wiendu Nuryanti di Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat. Menurut dia, dalam Rumah Budaya Indonesia di luar negeri bisa dijumpai ragam budaya Indonesia antara lain tari-tarian adat, termasuk buku budaya Nusantara. "Jadi melalui Rumah Budaya Indonesia diharapkan dapat mengenalkan dan mengomunikasikan budaya Indonesia di mancanegara," katanya. Menurut dia, pembangunan Rumah Budaya Indonesia itu merupakan bagian dari strategi diplomasi budaya. "Negara asing selama ini telah menerapkan pembangunan diplomsi budaya yaitu contohnya sekarang banyak lembaga budaya asing yang masuk ke Indonesia. Misalnya di Yogyakarta ada Lembaga Indonesia-Prancis (LIP)," katanya. Ia mengatakan lembaga-lembaga kebudayaan asing itu sebagai wujud kehadiran budaya asing di Indonesia. Karena itu, jika Indonesia yang merasa memiliki aneka ragam dan kaya akan berbagai jenis kebudayaan itu ingin dikenal di luar negari, harus dikomunikasikan. "Upaya mengomunikasikan budaya Indonesia ke dunia luar harus melalui strategi diplomasi budaya di antaranya dengan membangun rumah budaya Indonesia di sejumlah negara strategis," kata Wiendu. Menyinggung pembangunan budaya, ia mengatakan, saatnya dilakukan inovasi budaya. Misalnya, jika Candi Prambanan yang dibangun pada abad 9 sebagai jejak warisan budaya nenek moyang, generasi sekarang mestinya harus meninggalkan hasil budaya apapun kepada generasi masa datang. "Karena itu, penting mendorong dan mendukung inovasi budaya untuk menjadi tinggalan kepada generasi mendatang," katanya. Ia mengatakan inovasi budaya artinya bahwa pemerintah akan mendukung dan mendorong generasi muda dalam berkebudayaan . Budaya itu artinya adalah bentuk ekspresi manusia yang akan menjadi sebuah hasil karya. "Generasi muda memang perlu didorong untuk berkebudayaan agar nantinya juga bisa meninggalkan warisan kebudayaan," katanya. Menurut dia, pembangunan budaya harus melakukan pengembangan sumber daya manusia kebudayaan, misalnya penari, dalang, maupun sinden selama ini belum memiliki sertifikasi profesi kebudayaan. "Jadi, mereka akan kesulitan ika akan mencari kerja di luar negeri sebab mereka tidak mempunyai bukti kompetensi. Untuk itu, kami akan memfasilitasi mereka untuk memperoleh sertifikasi," katanya. Ia mengatakan para pekerja budaya itu memiliki andil dalam pembangunan budaya Indonesia. Namun, keberadaan mereka tidak mesti dari sekolah formal seni budaya melainkan bisa otodidak sehingga u mereka tinggal melakukan penyesuaian jika sertifikat sudah dikeluarkan. Sertifikat bagi pekerja budaya akan dikeluarkan pada awal 2012 untuk kondisi kompetensi mereka. Selama ini sertifiksi kompetensi pekerja budaya belum pernah ada. "Lembaga sensor film juga harus disertifikasi karena mereka memiliki tanggung jawab dalam mempertahankan tonggak budaya Indonesia," katanya. Editor: Ruslan Burhani COPYRIGHT © 2011 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com Full content generated by Get Full RSS. |
BP3 Trowulan belum pastikan situs Calonarang Kediri Posted: 16 Dec 2011 05:37 AM PST Kediri (ANTARA News) - Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto belum bisa memastikan situs di Dusun Butuh, Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jatim, sebagai lokasi pemakaman Calonarang. "Dari sisa bangunan, kami menemukan ada struktur, tembikar, uang kepeng tiga buah. Ini sudah menandakan di tempat ini adalah sebuah situs," kata Arkeolog BP3 Trowulan, Danang Wahyu Utomo ditemui di lokasi penggalian, Jumat. Selain ada temuan berupa struktur, ia juga mengatakan ada sejumlah benda bersejarah lain, seperti "dor pel" yang merupakan ambang pintu. Benda itu adalah pintu masuk sebuah candi, lumpang untuk meramu makanan, serta bebatuan lain. Ia mengatakan, sudah melakukan penggalian selama empat hari di situs yang dipercaya warga sebagai lokasi petilasan Calonarang tersebut. Namun, pihaknya belum bisa memastikan lokasi ini adalah petilasan Calonarang, karena tidak mempunyai bukti otentik. Pihaknya hanya melakukan penggalian, sebagai upaya mencari bukti di tempat itu adalah situs, dan pihaknya menemukan. Karena kelangkaan akan ditemukan benda-benda bersejarah, BP3 meminta agar pemda setempat memperhatikan tempat ini. "Jelas, lokasi ini adalah sebuah situs. Kami berharap, tempat ini dijadikan sebagai cagar budaya oleh Bupati," jelasnya. Ia mengatakan, penetapan itu tidak harus dilakukan oleh pusat. Dengan adanya peraturan yang baru, pemerintah daerah pun bisa menetapkan lokasi yang merupakan peninggalan sejarah sebagai cagar budaya. Danang juga mengaku tidak terlalu khawatir barang-barang peninggalan ini hilang, karena masyarakat turut serta menjaganya. Terlebih lagi, ada kelompok masyarakat tertentu yang juga menghormati tempat ini, dan sering datang berkunjung. Selain tim dari Bp3 Trowulan, rencananya dari tim dari Balai Arkeologi dari Yogyakarta juga datang ke lokasi. Mereka melakukan penelitian yang berdasarkan akademis. Ketua tim Balar, Sugeng Rianto mengaku masih harus mempelajari tentang situs tersebut. Sampai saat ini, pihaknya juga belum ada bukti otentik lokasi itu adalah petilasan dari Calonarang. "Secara akademis belum valid, harus dibuktikan terlebih dahulu," katanya singkat. Lokasi situs itu terletak di Dusun Butuh, Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, di areal tanah yang dikelilingi lahan pertanian. Tempat ini sering didatangi kelompok tertentu. Masyarakat percaya situs itu adalah petilasan Calonarang yang hidup saat zaman Raja Airlangga. Calonarang ini diceritakan sebagai seorang "rondo" (janda, red) yang menguasai ilmu hitam dan penganut aliran durga yang sakti dan jahat. Ia dijuluki "Rondo Naten Girah" (janda yang tinggal di Girah). Karena sangat jahat, warga menamainya Calonarang. Ia juga mempunyai banyak murid, yang semuanya adalah perempuan. Calonarang mempunyai seorang putri bernama Diah Ratnamangali, namun, tidak ada yang berani mendekatinya karena diisukan ia mempunyai ilmu hitam atau di Bali disebut dengan leak. Hal itulah yang memicu permusuhan antara Raja Airlangga dengan Calonarang. Namun, Calonarang berang dengan pergunjingan itu. Ia memuja Batari Durga dan meminta agar diizinkan menyebarkan penyakit untuk membunuh masyarakat sebanyak banyaknya. Oleh Batari Durga permintaan itu dikabulkan dengan syarat wabah penyakit yang disebarkan itu tidak sampai ke kota kerajaan. Korban berjatuhan, hingga membuat Raja Airlangga berang. Raja Airlangga mengutus Empu Baradah yang tinggal di Desa Lemah Tulis karena hanya dialah yang bisa menghentikan kekejaman Calonarang. Menumpas Calonarang, Empu Baradah meminta putranya, Empu Bahula meminang Ratnamangali dengan tujuan bisa mencuri kitab yang menjadi rahasia kesaktian Calonarang. Taktik itu berhasil, hingga Calonarang bisa dikalahkan. Kisah Calonarang di Kediri tidak jauh beda dengan cerita yang berkembang di Bali. Hanya nama tempat kejadiannya yang sudah mengalami sedikit perubahan. Seperti Daha yang kini menjadi Doho, Girah berubah Gurah dan Jenggala berubah Jenggolo. Editor: Ruslan Burhani COPYRIGHT © 2011 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com Full content generated by Get Full RSS. |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Hiburan To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar