Jumat, 16 Desember 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Kegempaan Gunung Anak Krakatau capai 526 kali

Posted: 16 Dec 2011 07:43 AM PST

ilustrasi Gunung Anak Krakatau (ANTARA/Dok-PMBG/Asep Fathulrahman/)

Berita Terkait

Cinangka (ANTARA News) - Kegempaan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda mencapai 526 kali atau turun dari kegempaan sebelumnya sebanyak 642 kali.

"Meski turun, Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan gunung tersebut pada level III atau Siaga," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton Tripambudi, Jumat.

Dia menjelaskan, Seismograf Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten mencatat kegempaan pada Rabu, 15 Desember 2011 sebanyak 526 kali, terdiri dari 524 kali vulkanik dalam dan dangkal serta dua kali hembusan.

Kegempaan yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau masih membahayakan warga atau turis, karenanya PVMBG masih mengeluarkan larangan siapapun untuk mendekati lokasi kegempaan sampai radius dua kilometer.

"Larangan mendekat masih kami berlakukan. Siapapun dilarang mendekat ke lokasi gunung sampai radius dua kilometer dan masih menetapkan statusnya pada level III atau Siaga," katanya.

Warga, kata Anton, dalam menghadapi kegempaan Gunung Anak Krakatau yang meningkat dari Waspada ke Siaga diharapkan masih tetap melakukan aktivitas seperti biasanya.

"Warga tidak usah panik apalagi resah, karena aktivitas kegempaan tidak membahayakan nelayan atau warga yang ada di pesisir Pantai Cinangka, sepanjang rekomendasi yang kami buat diindahkan," ujarnya.

Sementara itu, masyarakat Pesisir Anyer, Aji mengaku sudah terbiasa dengan kegempaan yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau.

(ANT-152/S023)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Peneliti: Indonesia perlu tatanan hormati nilai kemanusiaan

Posted: 16 Dec 2011 07:34 AM PST

Yogyakarta (ANTARA News) - Bangsa Indonesia memerlukan tatanan yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan, perikeadilan dan kemerdekaan, serta mendaulatkan rakyat dalam bangunan kehidupan sosial, budaya, hukum, ekonomi, dan politik, kata peneliti dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Budi Wignyosukarto.

"Tatanan yang dibangun harus mampu menciptakan lingkungan yang sehat bagi tumbuh kembangnya upaya kreatif masyarakat," katanya pada seminar "Mengukuhkan Strategi Kebudayaan Nusantara untuk Kedaulatan Bangsa", di Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, upaya kreatif itu diperlukan untuk membangun kebudayaan dan jati diri serta suatu lingkungan yang memiliki iklim berkembangnya demokrasi dan kebebasan berpikir. Tatanan tersebut tidak bisa dibangun tanpa melibatkan seluruh komponen bangsa.

"Negara Indonesia didirikan dengan maksud untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial," katanya.

Ia mengatakan cita-cita pendirian negara ini tentu tidak terwujud dengan sendirinya kecuali diperjuangkan terus-menerus dari generasi ke generasi.

"Upaya membawa bangsa ini menuju tahapan yang dicita-citakan selain memerlukan kepemimpinan yang kuat dan benar, juga membutuhkan kesamaan konsep dasar yang tepat dan benar atas rumusan Pembukaan dan UUD 1945. Keduanya harus saling mengisi dan mendukung," katanya.

Ia mengatakan, meskipun semua pihak menginginkan perubahan, banyak pihak juga sudah menyadari bahwa pola perubahan pada dua peristiwa tersebut memiliki kelemahan, yakni tidak adanya konsep pemikiran dan "platform" yang jelas dan menyeluruh dari pihak yang menuntut perubahan dan rumusan menuju tatanan baru kehidupan berbangsa.

"Untuk itu, seyogianya pihak yang menginginkan perubahan terlebih dulu mempersiapkan konsep pemikiran dasar dan "platform" secara dini dan menyeluruh sehingga perubahan yang diharapkan sudah memiliki dasar dan pegangan yang sesuai dengan semangat dan jiwa para pendiri bangsa ini," katanya.

Berkaitan dengan hal itu, menurut dia, kini diperlukan sebuah konsep pemikiran dasar dan "platform" yang terintegrasi sebagai petunjuk dan pedoman perjalanan menuju Indonesia masa depan yang baru dan sesuai dengan semangat jiwa dan substansi yang terkandung dalam Pembukaan dan UUD 1945.

"Semangat jiwa dan substansi tersebut untuk mengembalikan kedaulatan Bangsa Indonesia yang mandiri dan bermartabat sesuai dengan tujuan awal, yakni kemerdekaan dan kedaulatan bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa," katanya.

(L.B015*H010/M008)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar