Jumat, 02 Desember 2011

Republika Online

Republika Online


Tak Selamanya Tertawa Menyehatkan, bagi Penderita Chiari Bisa Sebabkan Kematian

Posted: 02 Dec 2011 06:47 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, SOUTHAMPTON - Carolyn Gibbons (23 tahun) menderita sakit yang cukup langka. Sejak bulan Maret lahun lalu, ia mengalami malformasi otak. Guru muda ini mengalami gangguan neurologis. Dokter memperingatkan ia bisa mati jika tertawa terlalu keras. Tertawa dengan keras bisa mendorong otaknya keluar dari tengkorak.

Ia divonis mengalami kondisi yang disebut Chiari malformasi, yang berarti bagian bawah otaknya terlalu besar. Hal ini dapat memblokir aliran cairan ke kepalanya melalui kanal tulang belakang. Gerakan tubuh yang menghentak seperti tertawa dapat meningkatkan resiko kematian mendadak.

Carolyn awalnya berpikir kondisi yang dialaminya tak terlalu berbahaya. "Saya pikir obat bisa mengendalikan sakit saya. Tapi gejala yang semakin buruk membuat saya sadar ternyata otak saya lebih besar dari tengkorak," ujar dia.

Ia tak bisa berlaku seperti orang normal. Tiap gerakan mencolok yang ia lakukan dapat menyebabkan rasa sakit yang mengerikan dan dapat menyebabkan otak terdorong keluar dari tengkorak, dan  herniate masuk ke dalam tulang belakang.

Ia baru menyadari kondisi yang dialaminya saat ia pingsan dari sekolah, akhir Maret lalu. Ia mengalami sakit kepala yang luar biasa. Setelah diperiksa melalui scan otak, barulah ia tahu ada bagian tertentu dari otaknya yang memiliki ukuran tidak wajar. Untuk mengontrol rasa sakit, ia harus meminum 50 pil sehari.

Pekerjaannya sebagai guru terpaksa harus ia tinggalkan agar kondisinya tidak memburuk. Carolyn akhirnya menjalani operasi pada 29 Juli. Ahli bedah 'membuang' sedikit bagian dari tulang belakang dan tengkorak seluas 2,5 cm persegi untuk membuat ruang lebih untuk ukuran otaknya.

Akibat operasi itu, ia kini mengalami alergi medis terhadap bagian yang digunakan untuk menutup lubang di tengkoraknya. Dia sekarang menderita insomnia ekstrim. Ia bisa tidak tidur selama 60 jam. Sebuah kantung cairan juga masih tersisa di tulang punggungnya. Ia memerlukan operasi lain untuk mengeringkan cairan tersebut agar hidup normal. "Saya hanya berharap ada operasi lain sehingga saya bisa tertawa tanpa ada resiko kematian," ujar dia. Yang dialami oleh Carolyn adalah kasus langka. Terjadi dengan perbandingan satu dari 1.000 orang.

Full content generated by Get Full RSS.

MARIA, Deteksi Kanker Payudara Cukup Waktu 8 Detik

Posted: 02 Dec 2011 04:15 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Ilmuwan Inggris menemukan sistem skrining payudara yang bisa mendeteksi kanker dalam waktu delapan detik. Scanner ini menggunakan teknologi gelombang radio.

Teknologi ini jauh lebih aman digunakan jika dibandingkan dengan paparan sinar X. Sebelumnya, mamogram sinar X telah digunakan oleh ratusan ribu wanita selama bertahun-tahun.

Para ahli menamakannya sistem Maria (Multistatic Array Processing for Radiowave Image Acquisition). Para ahli percaya Maria lebih murah dan dapat digunakan oleh wanita dari berbagai usia. Mereka berharap sistem ini akan mulai digunakan secara luas dalam jangka waktu lima tahun kedepan.

Wanita di bawah usia 50 tahun pada umumnya tidak secara rutin memeriksakan payudaranya untuk deteksi kanker. Wanita muda memiliki jaringan payudara lebih padat sehingga sulit dideteksi dengan sinar X. Kini dengan menggunakan Maria, kanker payudara lebih mudah untuk dideteksi.

"Gelombang radio lebih mudah mendeteksi kanker dibandingkan sinar X," ujar para ahli.

Cangkir Keramik
Aspek yang paling menarik dari sistem Maria adalah wanita tak perlu merasakan. Jika menggunakan sinar X, wanita harus menjepitkan payudaranya pada ujung pelat sinar X. Itu dibutuhkan rata-rata satu menit bagi ahli radiologi untuk memeriksa kanker payudara.

Hal ini akan lebih sulit jika deteksi sinar X sulit untuk ditafsirkan. Wanita bahkan baru bisa mendapatkan hasilnya dalam waktu dua pekan.

Dengan menggunakan Maria, payudara wanita hanya dideteksi menggunakan scanner berbentuk cangkir keramik. Data akan ditransfer ke komputer dalam waktu delapan detik untuk menghasilkan gambar 3D.

Maria dikembangkan oleh Micrima. Sebuah perusahaan yang dimulai di Universitas Bristol. Teknologi Maria didasarkan pada prinsip 'ranjau darat' yang dapat mendeteksi bahan non logam peledak di dalam tanah.

Dengan cara yang sama, sistem Maria dapat menemukan 'sesuatu' berbahaya di payudara dengan menggunakan sinyal pemindaian dari gelombang radio. Deteksi Maria dengan menunjukkan perbedaan data antara jaringan payudara normal dan pengumpulan darah serta air yang biasanya terkandung dalam tumor. Untuk membandingkan sinar X dan Maria, wanita yang sama di-scan menggunakan dua alat tersebut.

Ketika menggunakan scan sinar X, tumor tidak bisa terlihat. Namun menggunakan gelombang radio, sel kanker ditunjukkan dengan warna biru.

Dr Mike Shere, dokter spesialis payudara di Rumah Sakit Southmead, mengatakan teknologi ini sangat aman. "Ini sangat cepat, aman, nyaman dan murah. Dapat menghasilkan gambar yang baik dengan sensitivitas yang tinggi. Teknologi ini tidak seperti mamografi di mana ada risiko kanker meningkat saat wanita dikenai paparan sinar-X," ujar dia.

Full content generated by Get Full RSS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar