Sabtu, 17 Desember 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Api lahap Pasar "Cik Puan" Pekanbaru

Posted: 17 Dec 2011 07:48 AM PST

Pekanbaru (ANTARA News) - Kebakaran hebat melanda ratusan kios darurat di Pasar `Cik Puan`, di pusat Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (17/12) malam.

Berdasarkan data yang dihimpun ANTARA dari lokasi kebakaran, `si jago merah` mulai terlihat pada pukul 19.30 WIB dari bagian tengah bangunan kios darurat salah satu pasar tertua dan utama Kota Pekanbaru tersebut.

"Api dari deretan los-los pakaian dan sepatu," kata Widia, (20), seorang saksi mata.

Tempat penjualan pakaian dan sepatu itu merupakan los sementara, karena bagian ini sedang dikerjakan.

Hingga berita ini dibuat, belum diperoleh keterangan pasti dari pihak berwajib, faktor apa yang menyebabkan terjadinya kebakaran tersebut.

Widia yang tinggal di sebuah rumah pemondokan persis bersebelahan dengan pasar itu menuturkan pula, api berubah menjadi besar hanya dalam waktu singkat.

"Dari tengah los yang terbakar, tidak sampai setengah jam, api sudah menyebar sampai pinggir-pinggir," ungkapnya.

Beberapa pedagang yang sibuk mengamankan dagangannya belum bisa memperkirakan berapa besar kerugian akibat kebakaran tersebut.

Sementara itu, dilaporkan, petugas pemadam kebakaran (Damkar) datang selang satu jam sejak api mulai terlihat.

Tak kurang dari 10 unit mobil Damkar yang dikerahkan. Tetapi para petugas kesulitan menjangkau lokasi inti, karena terjadi di bagian tengah hingga belakang pasar.

"Tempatnya sempit, lokasi kejadian api sulit dijangkau," kata seorang petugas Damkar di lokasi kejadian.

Ia menambahkan, bangunan yang berbahan utama kayu itu juga telah membuat api cepat membesar dan sulit dijinakkan. Ini masih diperparah dengan ketiadaan hidran di sekitar lokasi kebakaran.

Suasana di sekitar lokasi semakin semrawut, karena banyak pedagang berusaha menyelamatkan barang dari kiosnya yang sedang terbakar.

Mereka menumpuk apa saja yang dapat diselamatkan dari kebakaran dan mengevakuasi (memindahkan) ke tepi jalan.

Hingga berita ini diturunkan, petugas Damkar dari Pemerintah Kota (Pemkot) Pekanbaru belum mampu menjinakkan api.
(ANT-027/M036)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Nelayan dimbau tetap wasapadai aktivitas Krakatau

Posted: 17 Dec 2011 07:34 AM PST

Kalianda, Lampung (ANTARA News) - Petugas pemantau Gunung Anak Krakatau mengimbau kepada nelayan tetap waspada terhadap aktivitas gunung itu meskipun intensitas kegempaannya menurun.

"Gunung Anak Krakatau masih berpotensi mengeluarkan letusan dan erupsi vulkanik," kata petugas pemantau Gunung Anak Krakatau, Andi Suardi di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Sabtu.

Menurut dia, potensi letusan dan erupsi material vulkanik itu diperkirakan berkekuatan rendah dan hanya jatuh di sekitar badan gunung itu.

"Nelayan maupun wisatawan diharapkan tetap menjaga jarak aman minimal dua kilometer untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan bersama," imbaunya.

Ia menyebutkan, jumlah kegempaan saat ini masih pada kisaran 500-an kali dalam sehari dan belum ada aktivitas menonjol pada gunung itu.

"Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan statusnya masih siaga," katanya.

Namun, meskipun intensitas kegempaan menurun, beberapa hari ini kerap mengeluarkan kepulan asap tebal.

"Ketinggian kepulan asap masih antara 50 sampai 100 meter dari puncak gunung," katanya.

Kemudian, intensitas kegempaan tersebut terjadi tidak serapat sebelumnya yang mencapai ribuan kali dua sampai tiga kali semenit kemudian saat ini turun menjadi dua menit sekali.

"Aktivitas Anak Krakatau memang cenderung fluktuatif dan sulit diprediksikan," katanya.

Ia menambahkan, terkadang gunung itu sulit terpantau karena kabut tebal menyelimuti sepanjang hari terutama saat curah hujan tinggi.
(ANT-048)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar